FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN
TEORI KEPERWATAN MENURUT NOLA
PENDER
DAN EAKES, BURKE SERTA HAINSWORTH (CHRONIC
SORROW)
BAB I
P E N D A H U L U A N
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan
sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu
keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan
zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan
diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi
bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan
keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Profesi
keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks.Dalam melaksanakan
prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang
sudah dimunculkan.Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang
abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model
keperawatan.
Teori adalah
sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan
yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari
fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara
langsung.Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan
atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model
konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.
Berikut ini adalah teori keperawatan menurut Nola Pender dan Eakes, Burke
serta Hainsworth yang perlu diketahui oleh para
perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang
didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa teori dan
model keperawatan menurut Nola Pender?
2.
Apa teori dan
model keperawatan menurut Eakes, Burke dan Hainsworth?
3.
Apa perbedaan
teori keperawatan antara Nola Pender dan Eakes , Burke dan Hainsworth?
1.3 TUJUAN
1.
Mengetahui
teori dan model keperawatan menurut Nola Pender
2.
Mengetahui teori
dan model keperawatan menurut Eakes , Burke dan Hainsworth
3.
Mengetahui perbedaan teori keperawatan antara Nola Pender dan Eakes , Burke dan Hainsworth
BAB II
P E M B A H A S A N
I. TEORI
MODEL KEPERAWATAN MENURUT NOLA PENDER
A. Latar
belakang
Nola
J. Pender pertama bertemu dengan perawat profesional saat ia berusia 7 tahun
ketika ia melihat perawat memberikan asuhan keperawatan kepada bibinya yang
dirawat dirumah sakit, pengalaman mellihat perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada bibinya membuat ia
memiliki keinginan untuk menjadi seorang perawat ( pender, personal
communication, may, 6, 2004 ). Pengalaman dan pendidikan menanamkan keinginannya
untuk peduli dengan orang lain dan mempengaruhi kepercayaannya bahwa tujuan
dari seorang perawat adalah membantu orang lain. Pender berkontribusi dalam
pengetahuan perawat mengenai promosi kesehatan melalui penelitian, pengajaran,
presentasi dan tulisannya ( Alligood and Tomey,2010).
Pender
lahir pada 16 agustus 1941 di Lansing Mighican, ia adlah anak tunggal dari
Latar belakang pender dalam keperawatan, perkembangan manusia, pengalaman
psikologis, dan pendidikannya membawanya untuk menggunakan perspektif
keperawatan yang holistik, psikologikal, dan teori pembelajaran sebagai pondasi
Health Promotion Model (HPM), HPM
terintegrasi dalam beberapa kontruksi. Central dari HPM adalah teori
pembelajaran sosial oleh Albert Bandura (1977), yang menyatakan pentingnya
proses kognitif dan merubah perilaku. Teori pembelajaran sosial berubah nama
menjadi teori sosial kognitif, yang mencakup kepercayaan diri, hubungan diri,
evaluasi diri dan keefektifan diri. Keefektifan diri adalah pusat dalam
membangun Health Promotion Model (Pender,
1966; Pender Murdaugh and parsons, 2002) dan dilanjutkan model nilai harapan
dalam motivasi manusia yang dijelaskan oleh Feather (1982) menjelaskan bahwa
perilaku adalah rasional dan ekonomis yang sangat penting dalam perkembangan
model.
Kedua
orangtuanya yang mendukung pendidikannya, keluarga mendukungnya untuk menjadi
perawat yang teregistrasi di sekolah perawat di West Suburban hospital in Oak
Park Illinois. Pender menematkan Diploma III keperawatan pada tahun 1962 dan
mulai bekerja di unit medikal bedah dan selanjutnya di unit pediatrik di
Michigan Hospital.
Pada
tahun 1964 Pender menyelesaikan program S.1 di Universitas Michigan.
Selanjutnya ditahun 1960 han mengubah jurusannya dari dan memperoleh masternya.
Dia menyelesaikan master dari pertumbuhan dan perkembangan manusia di Michigan
State University ditahun 1965. The M.A dalam pertumbuhan dan perkembangan
manusia mempengaruhi ketertarikannya dalam kesehatan manusia, kemudian Pender
menyelesaikan PhD-nya psikologi dan pendidikan ditahun 1969 di Northwestern
University.
1. Konsep
Utama Teori
Konsep-konsep
utama dan definisi yang disajikan dapat ditemukan pada HPM direvisi (Pender et
al,2006). Selanjutnya adalah karakteristik-karakteristik individu dan
pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan selanjutnya.
a. Prior
Related Behavior
Perilaku yang sering
dilakukan sebelumnya dimasa lalu secara langsung dan tidak langsung berdampak
kepada kemungkinan perilaku yang meningkatkan status kesehatan.
b. Personal
Factor
Dikategorikan sebagai
faktor biologis, psikologis,dan sosialkultur. Faktor-faktor ini merupakan
prediksi perilaku tertentu dan dibentuk oleh sifat dari perilaku yang
diharapkan dan dipertimbangkan.
1). Personal Biological
Factors
Yang merupakan bagian
dari faktor ini adalah umur, jenis kelamin, IMT, status puberitas, status
menopause, kemampuan pemenuhan oksigen, kekuatan, kelincahan,dan keseimbangan.
2). Personal
Psychological Factors
Yang merupakan bagian
dari faktor ini adalah harga diri, motivasi diri, kemampuan personal, status
kesehatan yang dirasakan dan definisi sehat yang dirasakan.
3). Personal
Sociocultural Factors
Yang merupakan bagian
dari ini adalah ras, etik, budaya, pendidikan, dan status ekonomi, perilaku
kognitif spesifik dan efek-efek nya dianggap sebagai motivasi utama yang
signifikan, variabel ini dapat dimotivasi melalui interverensi keperawatan.
c. Perceived
Benefits of Actions
Manfaat tindakan yang
dirasakan merupakan tujuan antisipasi positif yang dihasilkan dari berperilaku
hidup sehat.
d. Perceived
Barriers to Actions
Tantangan atau hambatan
yang dirasakan diantisipasi, digambarkan atau diblok dan mengusahakan melakukan
perilaku tertentu.
e. Perceived
self-Efficacy
Kemampuan diri yang
dirasakan adalah penilaian kapasitas pribadi untuk mengorganisasikan dan
melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Kemampuan diri yang dirasakan
mempengaruhi hambatan atau rintangan yang dirasakan sehingga semakin tinggi
kemampuan diri dirasakan semakin rendah pula hambatan-hambatan yang dirasakan
dalam berperilaku.
f. Activity
–Related Affect
An Activity –Related
Affect perasaan positif dan negatif secara subjektif yang terjadi sebelumnya
atau selama aktivitas dan perilaku berikutnya berdasarkan sifat stimulus
perilaku diri. Efek dari aktivitas mempengaruhi kemampuan diri yang artinya
semakin positif.
g. Interpersonal
Influences
Pengaruh ini adalah
perilaku-perilaku berdasarkan kognitif, kepercayaan, dan sikap.
Pengaruh-pengaruh interpersonal termasuk norma (harapan dari orang-orang
penting), dukungan sosial (bantuan dan dukungan emosional) dan contoh/model
(pembelajaran melalui mengobservasi orang lain dengan perilaku khusus).
Sumber-sumber utama pengaruh interpersonal adalah keluarga, teman sebaya dan
penyedia pelayanan kesehatan.
h. Situational
Influences
Pengaruh-pengaruh
situasional merupakan persepsi pribadi dan kognitif dalam suasana tertentu yang
bisa memfasilitasi atau menghalangi perilaku, persepsi yang pada
pilihan-pilihan yang tersedia yang mencangkup karakteristik dari kebutuhan dan
bentuk lingkungan yang membuat berperilaku untuk meningkatkan kesehatan,
pengaruh situasional bisa memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak
langsung dalam berperilaku sehat.
i.
Commitment to Plan of Action
Komitmen ini
menjelaskan konsep keinginan dan mengidetifikasi strategi yang terencana yang
mengarahkan untuk mengimplementasikan perilaku hidup sehat.
j.
Immediate Competing Demands and
Preferences
Tuntutan-tuntutan
kebutuhan adalah alternatif berperilaku jika individu tidak memiliki kontrol
yang kuat karena kemungkinan lingkungan seperti pekerjaan atau tanggung jawab
dengan keluarga. Sesuatu yang disukai adalah alternatif berperilaku yang mana
individu relatif memiliki kontrol yang tinggi seperti pilihan ice cream atau
apel untuk dimakan.
k. Health
Promoting Behavior
Perilaku hidup sehat
point terakhir atau hasil dari tindakan secara langsung mempertahankan tujuan
kesehatan yang positif seperti kesehatan atau kesejahteraan yang optimal,
pemenuhan kebutuhan yang personal dan hidup yang produktif. Contohnya adalah
diet sehat, latihan dan olahraga secara teratur, memanajemen stress, memperoleh
istirahat yang cukup, pertumbuhan yang spiritual dan membangun hubungan yang
positif.
Revisi HPM menambahkan
tiga variabel yang mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku peningkatan
kesehatan (Pender, 1996).
a. Activity-related
affect
b. Commitment
to Plan of Action
c. Immediate
Competing Demands and Preferences
HPM
yang direvisi memfokuskan pada 10 kategori dalam menetapkan perilaku
peningkatan kesehatan. The revisi model mengidentifikasi konsep yang relevan
mengenai perilaku peningkatan kesehatan dan memfasilitasi hipotesis selanjutnya
yang diuji (Pender Murdaugh and parsons 2002).
The
HPM menyediakan paradigma untuk mengembangkan instrument. Profil gaya hidup
dalam meningkatkan kesehatan Exercise benefits-Barriers Scale (EBBS), tujuan
dari instrument ini adalah untuk mengukur gaya hidup dalam meningkatkan
kesehatan.
Pernyataan
teoritis yang diperoleh dari HPM dibuku keempat, Health Promotions in Nursing
Practice (Pender Murdaugh and parsons 2002).
a. Perilaku
sebelumnya dan karakeristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan
perilaku untuk meningkatkan kesehatan
b. Manusia
melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan keuntungan yang
bernilai bagi dirinya.
c. Rintangan
yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan tindakan, suatu
mediator perilaku sebagaimana perilaku nyata.
d. Promosi
atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan tindakan.
e. Pengaruh
positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat menambah hasil
positif.
f. Ketika
emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka
kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
g. Manusia
lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu menarik,
perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada.
h. Keluarga,
kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal yang penting
yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi
kesehatan.
i.
Pengaruh situasional pada lingkungan
eksternal dapat menambah atau mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam
perilaku promosi kesehatan.
j.
Komitmen terbesar pada suatu rencana
yang spesifik lebih memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama.
k. Komitmen
pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku yang diharapkan
apabila sesorang mempunyai kontrol yang rendah dan kebutuhan yang diinginkan
tidak tersedia.
l.
Seseorang dapat memodifikasi kognisi,
mempengaruhi interpersonal dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan
tindakan kesehatan.
2. Konsep
Utama Keperawatan Menurut Pender
Asumsi
merefleksikan pandangan ilmu perilaku dan menekankan peran aktif pasien dalam
mengatur perilaku sehatnya dengan memodifikasi lingkungan. Dibuku ketiganya
Health Promotion in Nursing Practice.
Pender
(1996) menyatakan asumsi utama HPM adalah manusia, lingkungan, dan kesehatan
yaitu sebagai berikut :
a. Manusia
mencoba menciptakan kondisi kehidupannya melalui apa yang bisa mereka nyatakan
dalam kesehatan mereka yang potensial.
b. Manusia
memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri, termasuk penilaian
mereka terhadap kemampuan yang dimiliki.
c. Pertumbuhan
nilai manusia diperlihatkan sebagai bentuk positif dan usaha untuk mencapai
keseimbangan personal yang dapat diterima antara perubahan dan stabilitas.
d. Individu
mengusahakan pengaturan yang efektif terhadap perilakunya.
e. Individual
secara kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan lingkungan, perubahan
lingkungan yang progresif akan terjadi sepanjang masa.
f. Rekonfigurasi
yang dimulai oleh diri sendiri merupakan pola interaktif antara manusia dan
lingkungan sangat esensial untuk perubahan perilaku.
Skema Teori HPM |
3. Analisis
Teori
a. Clarity
(kejelasan)
Definisi konsep
menjelaskan kejelasan dan mengarahkan agar dimengerti dengan baik fenomena
perilaku kesehatan yang kompleks, diagram visual diilustrasikan dengan hubungan
yang jelas namun kerangka konsep telah dibuat dengan menampilkan semua
konsep-konsep tetapi keterkaitan antar konsep terbatas dari diagram hanya
mengaitkan beberapa konsep padahal ada beberapa konsep yang saling terkait namun
tidak dikaitkan, contohnya pengaruh interpersonal tidak dikaitkan dengan
manfaat tindakan yang dirasakan, rintangan untuk melakukan tindakan , kemampuan
diri dan efek dari tindakan yang dirasakan. Hubungan antara konsep-konsep
dengan maksud menguraikan teori sudah jelas, asumsi-asumsi sudah dinyatakan
secara jelas dan konsisten sesuai dengan tajuan dari teori, susunan logis dari
konsep telah dinyatakan secara terstruktur.
b. Simplicity
(kesederhanaan)
The HPM mudah
dimengerti, masing-masing faktor dihubungkan secara logis dan hubungannya
diklarifikasikan dalam pernyataan teori yang tepat, faktor-faktor yang
berpengaruh secara langsung dan tidak langsung sangat jelas di diagram visual
yang memperlihatkan hubungannya, faktor-faktor terlihat bebas tetapi susunannya
memberi pengaruh yang mudah dipahami, dengan demikian menampilkan diagram untuk
menjelaskan hubungan antar konsep merupakan bentuk sederhana dari HPM, karena
teori yang bermanfaat menyediakan pemahaman yang mendalam, teori yang baik
adalah “singkat tetapi lengkap”.
c. Generality
(generalisasi/keumuman)
Cakupan dari model ini
adalah middle range, ini sangat general untuk populasi dewasa, riset yang
digunakan untuk memperoleh model berdasarkan
laki-laki,perempuan,tua,muda,sehat,dan sakit.
d. Empirical
Precision (presisi empiris)
Pender dan yang lainnya
telah mendukung model melalui uji coba empiris seperti kerangka untuk
menjelaskan promosi kesehatan, profil gaya hidup meningkatkan status kesehatan
adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk mengkaji perilaku promosi
kesehatan. Model selanjutnya berkembang melalui program perencanaan riset
khususnya studi intervensi, perbaikan model lebih lanjut. Fokus penelitian
berlanjut berdasarkan bukti dan strategi-strategi promosi kesehatan yang
efektif yang melayani individu dalam konten komunitas, instrumen yang ada dapat
menjadi akses untuk menghubungkan indikator empiris untuk pengujian dan
penggunaan teori untuk menjelaskan aspek praktis dari teori. Teori HPM memiliki
akses untuk sebagai indikator empiris agar konsep dapat diidentifikasidan untuk
dikembangkan sehingga tujuan teori dapat diperoleh. HPM memiliki menyediakan
pengembangan instrumen yaitu HPHP dan EBBS yang berguna untuk mengukur gaya
hidup untuk meningkatkan status kesehatan.
e. Derivable
Consequence (komsekuensi yang didapat)
Pender mengidentifikasi
promosi kesehatan sebagai tujuan pada abad ke 20, hanya sebagai pencegahan
penyakit adalah tugas dari abad ke-20. Model menjelaskan interaksi antara
perawat dan kostumer ketika mempertimbangkan lingkungan dalam promosi
kesehatan. Pender merespon politikus, sosialis, dan lingkungan pribadi
diwaktunya untuk mengklarifikasi peran perawat dalam pelayanan-pelayanan
promosi kesehatan yang dilaksanakan, model mengembangkan pemikiran mengenai
kesempatan-kesempatan kedepan dan mempengaruhi pemakaian
perkembangan-perkembangan teknologi seperti pencatatan kesehatan elektronik
sebagai upaya atau alat mencegah dan
meningkatkan status kesehatan, selain itu manfaat pentingnya HPM dalam
bidang keperawatan adalah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien terkait
dengan konsep-konsep yang ada pada HPM baik dari aspek karakteristik individual
dan pengalaman, perilaku kognitif yang spesifik dan pengaruh-pengaruhnya bila
ada kesenjangan maka asuhan keperawatan dapat dilakukan tentunya dalam
perspektif intervensi keperawatan sehingga tercapai tujuan perilaku untuk
meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan yang optimal.
II. TEORI
KEPERAWATAN MENURUT EAKES, BURKE DAN HAINSWORTH (CHRONIC SORROW)
A. Riwayat
Tokoh
1. Georgene
Gaskill Eakes
Georgene Gaskill Eakes lahir di New
Bern, North Carolina. Dia menerima Diploma keperawatan dari sekolah keperawatan
rumah sakit Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada tahun 1977 dia lulus
Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural dan
Technical State University. Eakes melanjutkan M.S.N pada University or North
Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed D dari North Carolina State
University pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan utnuk studi masternya
dan dari North Carolina League untuk studi doktoralnya. Dia dilantiik dalam
Sigma Theta Tau International Honor Society or Nurses pada 1979 dan Phi Kappa
Phi Honor Society 1988.
Setelah konferensi, Eakes mengkontak
Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan penelitian secara kolaboratif.
Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan
koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.
2. Marry
Lermann Burke
Dilahirkan di Sandusky
Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah elementary dan secondary. Dia menerima
penghargaan untuk pertama kalinya saat diplima dari Good Samaritan Hospital
school of Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti sertifikat post
graduate dari Children’s Medical Center di District Columbia. Setelah beberapa
tahun bekerja di keperawatan pediatric,Burke lulus dengan Summa Cumlaude dari
Rhode island college Providence dengan bachelor degree. Pada tahun 1982 dia
menerima master degree pada parent-child nursing dari Boston University. Dan
selama program ini dia juga menerima penghargaan sertifikat dalam Parent-cild
nursing dan Interdisciplinary Training in Development Center of Rhode Island
Hospital and the Section on Reproductive and Developmental Medicine, Brown
university. Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program
masternya. Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool Children
with Myelomeningocele’, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang
mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke Chronic
sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in mothers of school-age with
myelomeningocele’.
3. Margaret
A Hainsworth
Lahir di Brockville,
Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar dan sekundernya di tempat
kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah keperawatan di Brockville General Hospital
dan lulus tahun 1953. Tahun 1959 dia pindah ke united State dan menerima
diploma keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974 dia melanjutkan
pendidikan di Salve Regina College dan menerima bacalaurate dalam bidang
keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan kesehatan mental
psikiatrik dari Boston College tahun1974. Dia menerima program doctor dari
University Connecticut tahun 1986. Tahun1988, menerima sertifikat sebagai
spesialis klinik dalam keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik. Hainsworth
berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan dengan dukacita dimulai saat
dia sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple
sklerosis.
B. Latar
Belakang
Hainsworth berminat pada penyakit
kronik dan yang berhubungan dengan duka cita dimulai saat dia sebagai
fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sclerosis.
Praktik tersebut , menginspirasinya untuk mengambil disertasi dengan judul “ An
ethnographic study of women with multiple sclerosis using symbolic interaction
approach.” Penelitian ini dipresentasikan pada Kongres Sigma Theta Tau di
Taipei, Taiwan pada tahun 1989.pada konferensi ini dia menjadi familiar dengan
penelitian tentang chronic sorrow setelah menghadiri presentasi yang diadakan
Burke. Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya.
Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool Children with
Myelomeningocele’, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang mendalam.
Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke Chronic sorrow
Questionaire, ‘Chronic sorrow in mothers of school-age with myelomeningocele’.
Setelah konferensi, Eakes mengkontak
Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan penelitian secara kolaboratif.
Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan
koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.
Nursing
Concorium Research Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan meddle range teori
keperawatan mengenai kesedihan /berduka kronis (chronic sorrow). Kemudian untuk
membentuk dasar konseptualisasi mengenai koping individu terhadap kesedihan
kronis digunakan model stress milik Lazarus dan Folkman (1984).
NCRCS
menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar metode manajemen yang
efektif menjadi model yang mereka gunakan . adanya perbedaan atau inkosistensi
dan respon terhadap duka yang berulang merangsang mekanisme koping individu.
C. Konsep
Utama Teori
Teori
chronic sorrow merupakan middle range teori Karena dalam teori ini membahas
tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul akibat
dari penyakit kronis mencakup proses
berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode manajemennya. Karena
kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik
keperawatan.
Banyak
penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan
penyakit kronik seperti pada pasien multiple sclerosis , diabetes melitus pada
anak, anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom down, spina bifida dan
lain-lain.
1. Berduka
kronis (chronic sorrow)
Berduka kronis (chronic
sorrow) adalah suatu kesenjangan yang sedang berlangsung sebagai akibat dari
suatu kehilangan dengan karakteristik perspasif dan permanen. Gejala berduka
dapat tetrjadi berulang secara periodic dan gejala ini berpotensi progesif
(Alligood, 2014).
2. Kehilangan
(Loss)
Kehilangan muncul
Karena adanya ketidakseimbangan / perbedaan antara ideal dan situasi atau
pengalaman yang nyata . sebagai contoh anak yang sempurna dengan anak kondisi
kronik yang berbeda dengan ideal.
3. Peristiwa
Pencetus (Triger Events)
Kejadian pencetus
adalah situasi, keadaan, dan kondisi yang menyebabkaan perbedaan atau
kehilangan berulang dan memulai atau memperburuk perasaan berduka (Alligood,
2014).
4. Metode
Manajemen (Management Method)
Metode Manajemen adalah
suatu cara bagaimana individu menerima penderitaan kronis. Bisa secara internal
(strategi koping individu) atau eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau
intervensi orang lain). Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah
bial efektif dalam mengatur perasaab bisa internal maupun eksternal.
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua
subjek individu dengan kondisi krois dan pemberi perawatannya. Kognitif koping
contohnya berfikir positif , membuat sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak
memaksakan diri bila tidak mampu (hainworth, 1994 dalam Alligood, 2014). Contoh
koping interpersonal adalah pergi memeriksakan diri ke psikiater, masuk dalam
suatu kelompok atau group dan bicara atau brkomunikasi dengan orang lain
(Eakes, 1993 ; hainworth, 1994 dalam Alligood, 2014). Strategi emosional
contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya. Manajemen eksternal adlah
intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et all 1998 dalam
Alligood 2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara professional dapat
membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga professional
yang kompeten lainnya (Alligood, 2014).
5. Inefektif
Manajemen
Manajemen Inefektif
merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan ketidaknyamanan atau
mempertinggi perasaan chronic sorrow.
6. Effective
Management
Manajemen efektif
merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan kenyamanan perasaan individual.
7. Strategi
Manajemen
8. NCRCS
meyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat
melakukan manajemen perasaan secara efektif . Strategi koping internal :
a. Action
(tidakan), mekanisme koping action individu baik yang bersangkutan maupun
pelaku perawat nya. Contoh metode distaksi yang umum digunakan untuk menghadapi
nyeri.
b. Kognitif,
mekanisme koping ini juga sering digunakan , misalnya berpikir positif, ikhlas
menerima semua ini.
c. Interpersonal
, mekanisme koping interpersonal misalnya dengan konsultasi dengan ahli jiwa ,
berabungdengan kelompok pendukung, melakukan curhat.
d. Emosional,
mekanisme koping emosional misalny adalh menangis dan mengekspresikan emosi.
Strategi menejemen ini
semua dianggap efektif bila para pelaku atau individu mengaku terbantu untuk menurunkan perasaab kembali
berduka (re-grief). Staregi koping eksternal , dideskripsikan sebagai
intervensi yang dilakukan oleh professional kesehatan dengan cara meningkatkan
rasa nyaman para subyek dengan bersfat empati , memberi edukasi serta merawat
dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya.
D. Konsep
Utama Keperawatan Menurut Hansworth
1.
Keperwatan
Praktik
keperawatan memiliki lingkup praktik untuk mendiagnosa adanya chronic sorrow
untuk kemudian melakukan intervensi untuk mengatasinya. Peran utama perawat
adalah bersikap empati , memberi edukasi, serta merawat dan melakukan tindakan
professional lainnya.
2.
Manusia
Memiliki
persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan . Manusia akan
membandingkan pengalamannya dengan idealismenya pribadi dan dengan orang-orang
disekitarnya. Meskipun pengalaman individu terhadap kehilangan bersifat unik,
namun namun erdapat komponen-komponen yang umumnya dapat diprediksi ada terikat
pengalaman kehilangan.
3.
Kesehatan
Kesehatan
seorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang tercipta setelah
kehilangan . Koping yang efektif menghasilkan respon normal terhadap
kehilangan.
4.
Lingkungan
Lingkungan
pelayanan kesehatan merupakan tempat terjadinya interaksi individu dalam
konteks social dengan keluarga , social dan pekerjaan.
Skema Teori Chronic sorrow |
E. Asumsi
Teori
1.
Clarity (kejelasan)
Teori
ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area klinik ketika
terjadi kehilangan. Konsep Mayor dan hubungan antar konsep juga diartikan
secara jelas hingga menghasilkan pemahaman yang tepat. Sebagai contoh pemahaman
bahwa Chronnic sorrow memberikan kerangka berpikir dalam menghadapi dan
memahami individu yang sedang mengalami suatu kehilangan atau berduka yang
memanjang . Dalam konsep chronic sorrow terdapat antecenden atau hal-hal yang
mendahului , triger event atau kejadian pemicu, dan metode-metode manajemen
baik internal, maupun eksternal. Metode-metode yang dipakai bisa direspon
secara efektif atau tidak efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kenyamanan. Apabila manajemen efektif , maka individu akan mengalami kenyamanan
dalam kondisi kroniknya dan sebaiknya apabila manajemen tidak efektif, maka
individu akan mengalami ketidaknyamanan . jelas bahwa manajemen yang efektif
baik internal maupun eksternal akan
menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya manajemen yang tidak efektif akan
meningkatkan ketidaknyamanan dan intensitas dari duka cita yang kronis.
Sebagai
teori middle range, wilayah teori dibatasi pada penjelasan atau fenomena yakni
respon kehilangan dan hal ini sesuai dengan pengalaman praktik klinik. Seperti
yang dinyatakan oleh Eakes, keunggulan middle range teori ini memberi
penjelasan secara benar bagi praktisi perawat , pelajar/mahasiswa perawat dan
pendidik sebagai bukti komunikasi yang berkelanjutan secara nasional dan
internasional (Alligood, 2014).
Satu
aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang mengapa tidak
semua individu yang mengalami kehilangan juga akan mengalami berduka kronis.
Tidak ada data yang menjelaskan tentang individu -individu yang tidak mengalami
berduka kronis ini apakah mereka memiliki karakteristik kepribadian yang
berbeda , misalnya memiliki ketabahan atau mereka menerima intervensi yang
berdbeda saat mengalami kehilangan? Apa data yang diinginkan dari individu
terkait koping dengan kehilangan yang terus menerus. Konsep lain yang perlu
dilakukan klarifikasi adalah progresifitas dari berduka. Meskipun dikatakan
bahwa berduka kronis berpotensi untuk berkembang, bagaimana perkembangannya dan
patologi yang berhubungan tidak jelas dipaparkan.
Perlu
klarifikasi strategi menejemen internal. Dalam hal ini belum jelas perbedaan
problem oriented dengan cognitive strategies . demikian juga emotive cognitive.
Emosional dan strategi interpersonal belum digambarkan secara jelas. Beberapa overlap
yang nyata antara manajemen internal dan eksternal terjadi ketika kata
“interpersonal” digunakan untuk menggambarkan bantuan professional.
Teori
ini memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni memandang bahwa focus dari
perawatan adalah individu, keluarga (caregiver), kelompok (peer group), hanya
kurang memandang masyarakat yang dalam kondisi berduka kronis ini bisa
dijadikan sebagai support system (manajemen eksternal), teori ini hanya
memandang profesi kesehatan sebangai sumber manajemen eksternal untuk
meningkatkan kenyamanan melalui peran empatik , pengajaran, caring dan
memberikan asuhan yang professional.
Dalam
rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan yang
dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian. Pengalaman kehilangan
tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan
dengan kenyataan . kejadian tersebut dapat
memicu timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan / mendalam yang
potensial progersif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanen.
Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode
manajemen dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal dari internal
(koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun
tim kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan efektif, maka individu
akan meningkat perasaan Kenyamanannya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi
hal sebaliknya.
2.
Simplicity (kesederahaan)
Kesederhanaan
teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang berorientasi pada fase berduka
kronis. Teori berduka kronis (chronic sorrow) memperjelas pemahaman hubungan
antara variable dari konsep mayor yang dipaparkan. Melalui model ini, jelas
bahwa berduka kronis aalah siklus alami , menyebar dan berpotensi berkembang.
Teori
ini juga secara sederhana menjelaskan subkonsep metode manajemen internal
versus metode manajemen eksternal. Selain itu teori ini secaa sederhana juga
menjelaskan bahwa respon metode manajemen yang dilakukan oleh pasien dan
keluarga (primary caregiver) menghasilkan respon manajemen inefektif versus
manajemen efektif.
Teori
secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus mampu mengidentifikasi dan
memfasilitasi metode manajemen internal dan eksternal pasien. Perawat dan
kelompok pendukung lainnya lebih banyak berperan pada metode menejemen yang
efektif untuk mencegah chronic sorrow menjadi progrsif.
Dengan
jumlah variable yang terbatas, teori ini lebih mudah dimengerti . sebagai
kelompok middle rang teori ini berguna untuk panduan praktik dan penelitian selanjutnya.
3.
Generality ( Keumuman / generalisasi)
Konsep
chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak yang mengalami
gangguan fisik atau kognitif . melalui pembuktian secara empiris, teori
diperluas untuk memasukan berbagai paengaruh aman dari kehilangan . teori ini
menerapkan secara jelas bagaimana rentang kehilangan dan dapat diaplikasikan
untuk mempengaruhi individu seperti halnya pemberian perawatan. Sebagai
tambahan, teori ini berguna untuk berbagai praktisi pelayanan kesehatan . dengan
konsep ini, keunikan yang alami dari pengalaman digambarkan kurang luas seperti
halnya pemicu . pemicu dan
manajemennunik pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan pada situasi
yang lebih beragam.
Teori
ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan keperawatan
pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara umum kesedihan
atau berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori
dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.
4.
Empirical Precision (Presisi Empiris)
Karakteristik
dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas akan lebih mudah bagi
peneliti untuk mempelajari fenomena . dengan jumlah variable yang terbatas,
peneliti dapat melakukan generalisasi hipotesa berhubungan dengan studi pada
intervensi keperawatan yang meingkatkan efektivitas strategi menejemen pada
berduka kronis. Hasil dari studi ini dapat menambah kekuatan dasar pada praktik
berdasarkan hasil pembuktian (evidence based practice).
Karena
teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka kegunaannya jelas untuk
penelitian lebih lanjut . Definisi yang jelas bukan dari berduka kronis membuat
hal ini dapat dipelajari pada individu dengan kehilangan yang beragam dan
situasi yang umumnya menghasilkan berduka kronis. Melalui penelitian yang lebih
lanjut, peneliti dapat memikirkan alat pengkajian untuk perawat klinik.
5.
Derivable Consequence (Konsekuensi yang
Didapat)
Berduka
atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa dialami seseorang Karena
adanya factor pencetus. Teori ini sangat penting dalam aplikasi terutama pada
kasus-kasus penyakit kronis dan
terminal. Aplikasi teori ini sangat membantu seseorang untuk mengatasi
kesedihan atau berduka yang dialami sehingga mencegah chronic sorrow yang
berkelanjutan.
Teori
ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu dengan pengalaman yang
berbeda berkaitan dengan penyakit kronis , tanggung jawab pemberi pelayanan,
hilangnya kesempurnaan dari anak atau kesedihan (Alligood, 2014).
J. Contoh
aplikasi teori Chronic Sorrow
Kasus
: Nn. Z, seorang perempuan usia 14 vtahun mengalami osteosarcoma stadium III
terdiagnosis sejak 2 tahun yang lalu. Nn. Z adalah putri tunggal dari Ny. Y,
Ny. Y berperan sebagai pemberi asuhan utama (primary cargever) bagi Nn. Z di
rumah . Nn. Z adalah anak yang sudah lama dirndukan kehadirannya di dunia ini.
Banyak informasi dari pihak atau keluarha atau tetangga yang membuat orang tua
semakin takut dan cemas tentang kehidupan dan keselamatan putri tercinta nya.
Semenjak sakit anaknya tidak mampu beraktivitas, lebih banyak mengurung diri
dalam rumah serta tidak sekolah.
Analisis
:
Orang
tua dengan anak yang didiagnosa dengan ketidakmampuan/disabilitas/ mengalami
penyakit kronis, mulai belajar proses yang disebut dengan kehilangan “loss”
anak yang normal dan peran orang tua dan peran serta aktivitas anak yang normal
yang mereka harapkan.
Profesiaonal
perawatan kesehatan primer membutuhkan pemahaman terhadap kehilangan alamiah
ini dan dampaknya terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap
kehidupan keluarga dan masa depan orang tua . Saat di diagnose adalah merupakan
waktu penuh emosional dan kebingungan yang sering juga adalah kecemasan atau
ketakutan yang berlebihan. Orangtua tidak akan pernah siap untuk mendengar
berita yang traumatic tentang anak mereka dan pendapat anggota keluarga ,
teman, para kenalan dan laporan media yang menambah kebingungan mereka.
Menurut
teori yang dikembangkan oleh Gergene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke dan
Margaret A. Hainsworth.
Chronic
sorrow :
Kesedihan
mendalam dirasakan ole keluarga Ny. Y Karena Nn. Z adalah putri tunggal yang
telah lama mereka harapkan. Tetapi saat ini sang anak mengalami penyakit kronis
osteosarcoma (kanker tulang).
Loss
:
Kedua
orangtua Nn. Z menghadapi “Loss” atau kehilangan anak normal / sempurna .
Orangtua mengharapkan (idealnya) anak mereka bisa hidup dan beraktivtas dengan
normal seperti anak yang lain, tetapi kenyatan pada usia remaja anak mereka
terdiagnosa mengalami osteosarcoma (kanker tulang) sehingga saat ini mempunyai keterbatasan
dan gangguan pada tumbuh kembangnya.
Triger
events :
Nn.
Z sebagai anak tunggal yang mengalami pemyakit kronis oestesarcoma dan
kehidupan remajanya tidak sesuai harapan (kondisi ideal). Nn. Z tidak mampu
beraktivitas seperti remaja umumnya dan lebih banyak mengurung diri dirumah.
Management
method :
Secara
internal kedua orang tua dan anak berusaha menggunakan strategi koping untuk
mengidentifikasi proses berduka . Secara eksternal didapat dari dukungan
keluarga lain atau perawat serta tetangga . Perawat sebaiknya juga dapat
membantu mengidentifikasi strategi koping secara personal.
K. Tabel
Kekurangan dan Kelebihan Teori Nola Pender dan Chronic Sorrow
Nola Pender
|
Chronic
Sorrow
|
|
Kekurangan
|
Kerangka konsep telah dibuat dengan
menampilkan semua konsep tetapi
keterkaitan antar konsep terbatas
|
Terdapat
hal yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang mengapa tidak
semua individu yang mengalami kehilangan juga akan mengalami berduka kronis.
|
Kelebihan
|
Definisi konsep menjelaskan kejelasan
dan mengrahkan pengertian fenomena perilaku kesehatan yang kompleks, diagram
visual diilustrasikan dengan hubungan yang jelas jelas
|
Teori
ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan keperawatan
pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara umum kesedihan
atau berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori
dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.
|
Perbedaan
|
Membahas tentang
Health Promotion Model dalam berbagai dimensi Teori Nilai Pengharapan Teori
Pembelajaran sosial( Expectancy-Value ) ( Social Cognitive Theory)
|
Membahas tentang berduka kronis
yang tercakup dalam metode pencetusnya , manajemen penyelesaiannya, dan
lain-lain.
|
BAB.
III
P
E N U T U P
SIMPULAN
Teori
chronic sorrow merupakan middle range teori Karena dalam teori ini membahas
tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul akibat
dari penyakit kronis mencakup proses
berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode manajemennya. Karena
kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik
keperawatan. Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini
terkait dengan penyakit kronik.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Blais, kathleen koening dkk. 2006. Praktik keperawatan profesional. Jakarta
: Kedokteran ECG
Basford, lynn dkk.
2006. Teori dan praktik keperawatan.
Jakarta : Kedokteran ECG
Bermeb, audrey
dkk. 2008. Fundamental of nursing.
New Jersey : Pearson education
Kasron, Sahran dan Ohorella B
Usman. 2016.Teori Keperawatan dan
Tokohnya. Jakarta: CV. Trans Info Medika
l828k6rxazt164 dildos,sex toys,dildos,Clitoral Vibrators,realistic sex dolls,dog dildo,sex toys,horse dildo,women sex toys q133w5krfoa645
BalasHapus