Kamis, 09 Februari 2017

FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN TEORI KEPERWATAN MENURUT NOLA PENDER DAN EAKES, BURKE SERTA HAINSWORTH (CHRONIC SORROW)



FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN
TEORI KEPERWATAN MENURUT NOLA PENDER
 DAN EAKES, BURKE SERTA HAINSWORTH (CHRONIC SORROW)


BAB I
P E N D A H U L U A N

1.1   LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang  kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan. 

Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks.Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan.Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan. Berikut ini adalah teori keperawatan menurut Nola Pender dan Eakes, Burke serta Hainsworth yang perlu diketahui oleh para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.

1.2    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa teori dan model keperawatan menurut Nola Pender?
2.      Apa teori dan model keperawatan menurut Eakes, Burke dan Hainsworth?
3.      Apa perbedaan teori keperawatan antara Nola Pender dan Eakes , Burke dan Hainsworth?

1.3     TUJUAN
1.      Mengetahui teori dan model keperawatan menurut Nola Pender
2.      Mengetahui teori dan model keperawatan menurut Eakes , Burke dan Hainsworth
3.      Mengetahui perbedaan teori keperawatan antara Nola Pender dan Eakes , Burke dan Hainsworth


BAB II
P E M B A H A S A N

I.    TEORI MODEL KEPERAWATAN MENURUT NOLA PENDER
A.      Latar belakang
Nola J. Pender pertama bertemu dengan perawat profesional saat ia berusia 7 tahun ketika ia melihat perawat memberikan asuhan keperawatan kepada bibinya yang dirawat dirumah sakit, pengalaman mellihat perawat memberikan asuhan keperawatan kepada bibinya membuat  ia memiliki keinginan untuk menjadi seorang perawat ( pender, personal communication, may, 6, 2004 ). Pengalaman dan pendidikan menanamkan keinginannya untuk peduli dengan orang lain dan mempengaruhi kepercayaannya bahwa tujuan dari seorang perawat adalah membantu orang lain. Pender berkontribusi dalam pengetahuan perawat mengenai promosi kesehatan melalui penelitian, pengajaran, presentasi dan tulisannya ( Alligood and Tomey,2010).
Pender lahir pada 16 agustus 1941 di Lansing Mighican, ia adlah anak tunggal dari Latar belakang pender dalam keperawatan, perkembangan manusia, pengalaman psikologis, dan pendidikannya membawanya untuk menggunakan perspektif keperawatan yang holistik, psikologikal, dan teori pembelajaran sebagai pondasi Health Promotion Model (HPM), HPM terintegrasi dalam beberapa kontruksi. Central dari HPM adalah teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura (1977), yang menyatakan pentingnya proses kognitif dan merubah perilaku. Teori pembelajaran sosial berubah nama menjadi teori sosial kognitif, yang mencakup kepercayaan diri, hubungan diri, evaluasi diri dan keefektifan diri. Keefektifan diri adalah pusat dalam membangun Health Promotion Model (Pender, 1966; Pender Murdaugh and parsons, 2002) dan dilanjutkan model nilai harapan dalam motivasi manusia yang dijelaskan oleh Feather (1982) menjelaskan bahwa perilaku adalah rasional dan ekonomis yang sangat penting dalam perkembangan model.
Kedua orangtuanya yang mendukung pendidikannya, keluarga mendukungnya untuk menjadi perawat yang teregistrasi di sekolah perawat di West Suburban hospital in Oak Park Illinois. Pender menematkan Diploma III keperawatan pada tahun 1962 dan mulai bekerja di unit medikal bedah dan selanjutnya di unit pediatrik di Michigan Hospital.
Pada tahun 1964 Pender menyelesaikan program S.1 di Universitas Michigan. Selanjutnya ditahun 1960 han mengubah jurusannya dari dan memperoleh masternya. Dia menyelesaikan master dari pertumbuhan dan perkembangan manusia di Michigan State University ditahun 1965. The M.A dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia mempengaruhi ketertarikannya dalam kesehatan manusia, kemudian Pender menyelesaikan PhD-nya psikologi dan pendidikan ditahun 1969 di Northwestern University.
1.      Konsep Utama Teori
Konsep-konsep utama dan definisi yang disajikan dapat ditemukan pada HPM direvisi (Pender et al,2006). Selanjutnya adalah karakteristik-karakteristik individu dan pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan selanjutnya.
a.       Prior Related Behavior
Perilaku yang sering dilakukan sebelumnya dimasa lalu secara langsung dan tidak langsung berdampak kepada kemungkinan perilaku yang meningkatkan status kesehatan.
b.      Personal Factor
Dikategorikan sebagai faktor biologis, psikologis,dan sosialkultur. Faktor-faktor ini merupakan prediksi perilaku tertentu dan dibentuk oleh sifat dari perilaku yang diharapkan dan dipertimbangkan.
1). Personal Biological Factors
Yang merupakan bagian dari faktor ini adalah umur, jenis kelamin, IMT, status puberitas, status menopause, kemampuan pemenuhan oksigen, kekuatan, kelincahan,dan keseimbangan.
2). Personal Psychological Factors
Yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harga diri, motivasi diri, kemampuan personal, status kesehatan yang dirasakan dan definisi sehat yang dirasakan.
3). Personal Sociocultural Factors
Yang merupakan bagian dari ini adalah ras, etik, budaya, pendidikan, dan status ekonomi, perilaku kognitif spesifik dan efek-efek nya dianggap sebagai motivasi utama yang signifikan, variabel ini dapat dimotivasi melalui interverensi keperawatan.
c.       Perceived Benefits of Actions
Manfaat tindakan yang dirasakan merupakan tujuan antisipasi positif yang dihasilkan dari berperilaku hidup sehat.
d.      Perceived Barriers to Actions
Tantangan atau hambatan yang dirasakan diantisipasi, digambarkan atau diblok dan mengusahakan melakukan perilaku tertentu.
e.       Perceived self-Efficacy
Kemampuan diri yang dirasakan adalah penilaian kapasitas pribadi untuk mengorganisasikan dan melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Kemampuan diri yang dirasakan mempengaruhi hambatan atau rintangan yang dirasakan sehingga semakin tinggi kemampuan diri dirasakan semakin rendah pula hambatan-hambatan yang dirasakan dalam berperilaku.
f.       Activity –Related Affect
An Activity –Related Affect perasaan positif dan negatif secara subjektif yang terjadi sebelumnya atau selama aktivitas dan perilaku berikutnya berdasarkan sifat stimulus perilaku diri. Efek dari aktivitas mempengaruhi kemampuan diri yang artinya semakin positif.
g.      Interpersonal Influences
Pengaruh ini adalah perilaku-perilaku berdasarkan kognitif, kepercayaan, dan sikap. Pengaruh-pengaruh interpersonal termasuk norma (harapan dari orang-orang penting), dukungan sosial (bantuan dan dukungan emosional) dan contoh/model (pembelajaran melalui mengobservasi orang lain dengan perilaku khusus). Sumber-sumber utama pengaruh interpersonal adalah keluarga, teman sebaya dan penyedia pelayanan kesehatan.
h.      Situational Influences
Pengaruh-pengaruh situasional merupakan persepsi pribadi dan kognitif dalam suasana tertentu yang bisa memfasilitasi atau menghalangi perilaku, persepsi yang pada pilihan-pilihan yang tersedia yang mencangkup karakteristik dari kebutuhan dan bentuk lingkungan yang membuat berperilaku untuk meningkatkan kesehatan, pengaruh situasional bisa memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung dalam berperilaku sehat.
i.        Commitment to Plan of Action
Komitmen ini menjelaskan konsep keinginan dan mengidetifikasi strategi yang terencana yang mengarahkan untuk mengimplementasikan perilaku hidup sehat.
j.        Immediate Competing Demands and Preferences
Tuntutan-tuntutan kebutuhan adalah alternatif berperilaku jika individu tidak memiliki kontrol yang kuat karena kemungkinan lingkungan seperti pekerjaan atau tanggung jawab dengan keluarga. Sesuatu yang disukai adalah alternatif berperilaku yang mana individu relatif memiliki kontrol yang tinggi seperti pilihan ice cream atau apel untuk dimakan.
k.      Health Promoting Behavior
Perilaku hidup sehat point terakhir atau hasil dari tindakan secara langsung mempertahankan tujuan kesehatan yang positif seperti kesehatan atau kesejahteraan yang optimal, pemenuhan kebutuhan yang personal dan hidup yang produktif. Contohnya adalah diet sehat, latihan dan olahraga secara teratur, memanajemen stress, memperoleh istirahat yang cukup, pertumbuhan yang spiritual dan membangun hubungan yang positif.

Revisi HPM menambahkan tiga variabel yang mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku peningkatan kesehatan (Pender, 1996).
a.       Activity-related affect
b.      Commitment to Plan of Action
c.       Immediate Competing Demands and Preferences
HPM yang direvisi memfokuskan pada 10 kategori dalam menetapkan perilaku peningkatan kesehatan. The revisi model mengidentifikasi konsep yang relevan mengenai perilaku peningkatan kesehatan dan memfasilitasi hipotesis selanjutnya yang diuji (Pender Murdaugh and parsons 2002).
The HPM menyediakan paradigma untuk mengembangkan instrument. Profil gaya hidup dalam meningkatkan kesehatan Exercise benefits-Barriers Scale (EBBS), tujuan dari instrument ini adalah untuk mengukur gaya hidup dalam meningkatkan kesehatan.
Pernyataan teoritis yang diperoleh dari HPM dibuku keempat, Health Promotions in Nursing Practice (Pender Murdaugh and parsons 2002).
a.       Perilaku sebelumnya dan karakeristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan
b.      Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
c.       Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku nyata.
d.      Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan tindakan.
e.       Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat menambah hasil positif.
f.       Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
g.      Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada.
h.      Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
i.        Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan.
j.        Komitmen terbesar pada suatu rencana yang spesifik lebih memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama.
k.      Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku yang diharapkan apabila sesorang mempunyai kontrol yang rendah dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
l.        Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan kesehatan.

2.      Konsep Utama Keperawatan Menurut Pender
Asumsi merefleksikan pandangan ilmu perilaku dan menekankan peran aktif pasien dalam mengatur perilaku sehatnya dengan memodifikasi lingkungan. Dibuku ketiganya Health Promotion in Nursing Practice.
Pender (1996) menyatakan asumsi utama HPM adalah manusia, lingkungan, dan kesehatan yaitu sebagai berikut :
a.       Manusia mencoba menciptakan kondisi kehidupannya melalui apa yang bisa mereka nyatakan dalam kesehatan mereka yang potensial.
b.      Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri, termasuk penilaian mereka terhadap kemampuan yang dimiliki.
c.       Pertumbuhan nilai manusia diperlihatkan sebagai bentuk positif dan usaha untuk mencapai keseimbangan personal yang dapat diterima antara perubahan dan stabilitas.
d.      Individu mengusahakan pengaturan yang efektif terhadap perilakunya.
e.       Individual secara kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan lingkungan, perubahan lingkungan yang progresif akan terjadi sepanjang masa.
f.       Rekonfigurasi yang dimulai oleh diri sendiri merupakan pola interaktif antara manusia dan lingkungan sangat esensial untuk perubahan perilaku.
Skema Teori HPM

3.      Analisis Teori
a.       Clarity (kejelasan)
Definisi konsep menjelaskan kejelasan dan mengarahkan agar dimengerti dengan baik fenomena perilaku kesehatan yang kompleks, diagram visual diilustrasikan dengan hubungan yang jelas namun kerangka konsep telah dibuat dengan menampilkan semua konsep-konsep tetapi keterkaitan antar konsep terbatas dari diagram hanya mengaitkan beberapa konsep padahal ada beberapa konsep yang saling terkait namun tidak dikaitkan, contohnya pengaruh interpersonal tidak dikaitkan dengan manfaat tindakan yang dirasakan, rintangan untuk melakukan tindakan , kemampuan diri dan efek dari tindakan yang dirasakan. Hubungan antara konsep-konsep dengan maksud menguraikan teori sudah jelas, asumsi-asumsi sudah dinyatakan secara jelas dan konsisten sesuai dengan tajuan dari teori, susunan logis dari konsep telah dinyatakan secara terstruktur.
b.      Simplicity (kesederhanaan)
The HPM mudah dimengerti, masing-masing faktor dihubungkan secara logis dan hubungannya diklarifikasikan dalam pernyataan teori yang tepat, faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung dan tidak langsung sangat jelas di diagram visual yang memperlihatkan hubungannya, faktor-faktor terlihat bebas tetapi susunannya memberi pengaruh yang mudah dipahami, dengan demikian menampilkan diagram untuk menjelaskan hubungan antar konsep merupakan bentuk sederhana dari HPM, karena teori yang bermanfaat menyediakan pemahaman yang mendalam, teori yang baik adalah “singkat tetapi lengkap”.
c.       Generality (generalisasi/keumuman)
Cakupan dari model ini adalah middle range, ini sangat general untuk populasi dewasa, riset yang digunakan untuk memperoleh model berdasarkan laki-laki,perempuan,tua,muda,sehat,dan sakit.
d.      Empirical Precision (presisi empiris)
Pender dan yang lainnya telah mendukung model melalui uji coba empiris seperti kerangka untuk menjelaskan promosi kesehatan, profil gaya hidup meningkatkan status kesehatan adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk mengkaji perilaku promosi kesehatan. Model selanjutnya berkembang melalui program perencanaan riset khususnya studi intervensi, perbaikan model lebih lanjut. Fokus penelitian berlanjut berdasarkan bukti dan strategi-strategi promosi kesehatan yang efektif yang melayani individu dalam konten komunitas, instrumen yang ada dapat menjadi akses untuk menghubungkan indikator empiris untuk pengujian dan penggunaan teori untuk menjelaskan aspek praktis dari teori. Teori HPM memiliki akses untuk sebagai indikator empiris agar konsep dapat diidentifikasidan untuk dikembangkan sehingga tujuan teori dapat diperoleh. HPM memiliki menyediakan pengembangan instrumen yaitu HPHP dan EBBS yang berguna untuk mengukur gaya hidup untuk meningkatkan status kesehatan.
e.       Derivable Consequence (komsekuensi yang didapat)
Pender mengidentifikasi promosi kesehatan sebagai tujuan pada abad ke 20, hanya sebagai pencegahan penyakit adalah tugas dari abad ke-20. Model menjelaskan interaksi antara perawat dan kostumer ketika mempertimbangkan lingkungan dalam promosi kesehatan. Pender merespon politikus, sosialis, dan lingkungan pribadi diwaktunya untuk mengklarifikasi peran perawat dalam pelayanan-pelayanan promosi kesehatan yang dilaksanakan, model mengembangkan pemikiran mengenai kesempatan-kesempatan kedepan dan mempengaruhi pemakaian perkembangan-perkembangan teknologi seperti pencatatan kesehatan elektronik sebagai upaya atau alat mencegah dan  meningkatkan status kesehatan, selain itu manfaat pentingnya HPM dalam bidang keperawatan adalah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien terkait dengan konsep-konsep yang ada pada HPM baik dari aspek karakteristik individual dan pengalaman, perilaku kognitif yang spesifik dan pengaruh-pengaruhnya bila ada kesenjangan maka asuhan keperawatan dapat dilakukan tentunya dalam perspektif intervensi keperawatan sehingga tercapai tujuan perilaku untuk meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan yang optimal.
II.  TEORI KEPERAWATAN MENURUT EAKES, BURKE DAN HAINSWORTH (CHRONIC SORROW)
A.    Riwayat Tokoh
1.      Georgene Gaskill Eakes
Georgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia menerima Diploma keperawatan dari sekolah keperawatan rumah sakit Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada tahun 1977 dia lulus Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural dan Technical State University. Eakes melanjutkan M.S.N pada University or North Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed D dari North Carolina State University pada tahun 1988. Eakes menerima penghargaan utnuk studi masternya dan dari North Carolina League untuk studi doktoralnya. Dia dilantiik dalam Sigma Theta Tau International Honor Society or Nurses pada 1979 dan Phi Kappa Phi Honor Society 1988.
Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.

2.      Marry Lermann Burke
Dilahirkan di Sandusky Ohio dimana dia menyelesaikan sekolah elementary dan secondary. Dia menerima penghargaan untuk pertama kalinya saat diplima dari Good Samaritan Hospital school of Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti sertifikat post graduate dari Children’s Medical Center di District Columbia. Setelah beberapa tahun bekerja di keperawatan pediatric,Burke lulus dengan Summa Cumlaude dari Rhode island college Providence dengan bachelor degree. Pada tahun 1982 dia menerima master degree pada parent-child nursing dari Boston University. Dan selama program ini dia juga menerima penghargaan sertifikat dalam Parent-cild nursing dan Interdisciplinary Training in Development Center of Rhode Island Hospital and the Section on Reproductive and Developmental Medicine, Brown university. Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya. Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool Children with Myelomeningocele’, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke Chronic sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in mothers of school-age with myelomeningocele’.
3.      Margaret A Hainsworth
Lahir di Brockville, Ontario Canada. Dia menamatkan pendidikan dasar dan sekundernya di tempat kelahirannya. Dia masuk diploma sekolah keperawatan di Brockville General Hospital dan lulus tahun 1953. Tahun 1959 dia pindah ke united State dan menerima diploma keperawatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1974 dia melanjutkan pendidikan di Salve Regina College dan menerima bacalaurate dalam bidang keperawatan tahun 1973 dan master dibidang keperawatan kesehatan mental psikiatrik dari Boston College tahun1974. Dia menerima program doctor dari University Connecticut tahun 1986. Tahun1988, menerima sertifikat sebagai spesialis klinik dalam keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik. Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan dengan dukacita dimulai saat dia sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sklerosis.

B.     Latar Belakang
Hainsworth berminat pada penyakit kronik dan yang berhubungan dengan duka cita dimulai saat dia sebagai fasilitator untuk memberikan dukungan pada wanita dengan multiple sclerosis. Praktik tersebut , menginspirasinya untuk mengambil disertasi dengan judul “ An ethnographic study of women with multiple sclerosis using symbolic interaction approach.” Penelitian ini dipresentasikan pada Kongres Sigma Theta Tau di Taipei, Taiwan pada tahun 1989.pada konferensi ini dia menjadi familiar dengan penelitian tentang chronic sorrow setelah menghadiri presentasi yang diadakan Burke. Burke tertarik dengan konsep chronic sorrow selama program masternya. Thesisnya berjudul ‘The Concern of Mothers of preschool Children with Myelomeningocele’, yang mengidentifikasi emosi tentang kesedihan yang mendalam. Kemudian waktu disertasi doctoral dia mengembangkan Burke Chronic sorrow Questionaire, ‘Chronic sorrow in mothers of school-age with myelomeningocele’.
Setelah konferensi, Eakes mengkontak Burke untuk mengeksplorasi kemungkinan penelitian secara kolaboratif. Berdasarkan diskusi mereka, mereka menjadwalkan pertemuan dengan Burke dan koleganya yaitu Margaret A. Hainsworth dan Carolyn Lindgren lulusan Hainsworth.

Nursing Concorium Research Chronic Sorrow (NCRCS) dibuat berdasarkan meddle range teori keperawatan mengenai kesedihan /berduka kronis (chronic sorrow). Kemudian untuk membentuk dasar konseptualisasi mengenai koping individu terhadap kesedihan kronis digunakan model stress milik Lazarus dan Folkman (1984).
NCRCS menggunakan hasil studi Lazarus dan Folkman sebagai dasar metode manajemen yang efektif menjadi model yang mereka gunakan . adanya perbedaan atau inkosistensi dan respon terhadap duka yang berulang merangsang mekanisme koping individu.
C.     Konsep Utama Teori
Teori chronic sorrow merupakan middle range teori Karena dalam teori ini membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul akibat dari penyakit  kronis mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik seperti pada pasien multiple sclerosis , diabetes melitus pada anak, anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom down, spina bifida dan lain-lain.
1.      Berduka kronis (chronic sorrow)
Berduka kronis (chronic sorrow) adalah suatu kesenjangan yang sedang berlangsung sebagai akibat dari suatu kehilangan dengan karakteristik perspasif dan permanen. Gejala berduka dapat tetrjadi berulang secara periodic dan gejala ini berpotensi progesif (Alligood, 2014).
2.      Kehilangan (Loss)
Kehilangan muncul Karena adanya ketidakseimbangan / perbedaan antara ideal dan situasi atau pengalaman yang nyata . sebagai contoh anak yang sempurna dengan anak kondisi kronik yang berbeda dengan ideal.
3.      Peristiwa Pencetus (Triger Events)
Kejadian pencetus adalah situasi, keadaan, dan kondisi yang menyebabkaan perbedaan atau kehilangan berulang dan memulai atau memperburuk perasaan berduka (Alligood, 2014).
4.      Metode Manajemen (Management Method)
Metode Manajemen adalah suatu cara bagaimana individu menerima penderitaan kronis. Bisa secara internal (strategi koping individu) atau eksternal (bantuan tenaga kesehatan atau intervensi orang lain). Penderitaan kronis tidak akan membuat individu melemah bial efektif dalam mengatur perasaab bisa internal maupun eksternal.
Mekanisme tindakan koping digunakan untuk semua subjek individu dengan kondisi krois dan pemberi perawatannya. Kognitif koping contohnya berfikir positif , membuat sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak memaksakan diri bila tidak mampu (hainworth, 1994 dalam Alligood, 2014). Contoh koping interpersonal adalah pergi memeriksakan diri ke psikiater, masuk dalam suatu kelompok atau group dan bicara atau brkomunikasi dengan orang lain (Eakes, 1993 ; hainworth, 1994 dalam Alligood, 2014). Strategi emosional contohnya menangis atau ekspresi emosi lainnya. Manajemen eksternal adlah intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Eakes et all 1998 dalam Alligood 2014). Pelayanan kesehatan yang diberikan secara professional dapat membantu memberikan rasa nyaman bagi mereka, caring dan tenaga professional yang kompeten lainnya (Alligood, 2014).
5.      Inefektif Manajemen
Manajemen Inefektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan ketidaknyamanan atau mempertinggi perasaan chronic sorrow.
6.      Effective Management
Manajemen efektif merupakan hasil dari strategi yang meningkatkan kenyamanan perasaan individual.
7.      Strategi Manajemen
8.      NCRCS meyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para individu dapat melakukan manajemen perasaan secara efektif . Strategi koping internal :
a.       Action (tidakan), mekanisme koping action individu baik yang bersangkutan maupun pelaku perawat nya. Contoh metode distaksi yang umum digunakan untuk menghadapi nyeri.
b.      Kognitif, mekanisme koping ini juga sering digunakan , misalnya berpikir positif, ikhlas menerima semua ini.
c.       Interpersonal , mekanisme koping interpersonal misalnya dengan konsultasi dengan ahli jiwa , berabungdengan kelompok pendukung, melakukan curhat.
d.      Emosional, mekanisme koping emosional misalny adalh menangis dan mengekspresikan emosi.
Strategi menejemen ini semua dianggap efektif bila para pelaku atau individu mengaku  terbantu untuk menurunkan perasaab kembali berduka (re-grief). Staregi koping eksternal , dideskripsikan sebagai intervensi yang dilakukan oleh professional kesehatan dengan cara meningkatkan rasa nyaman para subyek dengan bersfat empati , memberi edukasi serta merawat dan melakukan tindakan professional kompeten lainnya.

D.    Konsep Utama Keperawatan Menurut Hansworth
1.      Keperwatan
Praktik keperawatan memiliki lingkup praktik untuk mendiagnosa adanya chronic sorrow untuk kemudian melakukan intervensi untuk mengatasinya. Peran utama perawat adalah bersikap empati , memberi edukasi, serta merawat dan melakukan tindakan professional lainnya.
2.      Manusia
Memiliki persepsi ideal mengenai proses kehidupan dan kesehatan . Manusia akan membandingkan pengalamannya dengan idealismenya pribadi dan dengan orang-orang disekitarnya. Meskipun pengalaman individu terhadap kehilangan bersifat unik, namun namun erdapat komponen-komponen yang umumnya dapat diprediksi ada terikat pengalaman kehilangan.
3.      Kesehatan
Kesehatan seorang tergantung adaptasi terhadap kesenjangan yang tercipta setelah kehilangan . Koping yang efektif menghasilkan respon normal terhadap kehilangan.
4.      Lingkungan
Lingkungan pelayanan kesehatan merupakan tempat terjadinya interaksi individu dalam konteks social dengan keluarga , social dan pekerjaan.
Skema Teori Chronic sorrow

E.     Asumsi Teori
1.      Clarity (kejelasan)
Teori ini secara jelas menggambarkan fenomena yang terjadi pada area klinik ketika terjadi kehilangan. Konsep Mayor dan hubungan antar konsep juga diartikan secara jelas hingga menghasilkan pemahaman yang tepat. Sebagai contoh pemahaman bahwa Chronnic sorrow memberikan kerangka berpikir dalam menghadapi dan memahami individu yang sedang mengalami suatu kehilangan atau berduka yang memanjang . Dalam konsep chronic sorrow terdapat antecenden atau hal-hal yang mendahului , triger event atau kejadian pemicu, dan metode-metode manajemen baik internal, maupun eksternal. Metode-metode yang dipakai bisa direspon secara efektif atau tidak efektif yang pada akhirnya akan mempengaruhi kenyamanan. Apabila manajemen efektif , maka individu akan mengalami kenyamanan dalam kondisi kroniknya dan sebaiknya apabila manajemen tidak efektif, maka individu akan mengalami ketidaknyamanan . jelas bahwa manajemen yang efektif baik internal maupun eksternal akan  menghasilkan kenyamanan dan sebaliknya manajemen yang tidak efektif akan meningkatkan ketidaknyamanan dan intensitas dari duka cita yang kronis.
Sebagai teori middle range, wilayah teori dibatasi pada penjelasan atau fenomena yakni respon kehilangan dan hal ini sesuai dengan pengalaman praktik klinik. Seperti yang dinyatakan oleh Eakes, keunggulan middle range teori ini memberi penjelasan secara benar bagi praktisi perawat , pelajar/mahasiswa perawat dan pendidik sebagai bukti komunikasi yang berkelanjutan secara nasional dan internasional (Alligood, 2014).
Satu aspek yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang mengapa tidak semua individu yang mengalami kehilangan juga akan mengalami berduka kronis. Tidak ada data yang menjelaskan tentang individu -individu yang tidak mengalami berduka kronis ini apakah mereka memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda , misalnya memiliki ketabahan atau mereka menerima intervensi yang berdbeda saat mengalami kehilangan? Apa data yang diinginkan dari individu terkait koping dengan kehilangan yang terus menerus. Konsep lain yang perlu dilakukan klarifikasi adalah progresifitas dari berduka. Meskipun dikatakan bahwa berduka kronis berpotensi untuk berkembang, bagaimana perkembangannya dan patologi yang berhubungan tidak jelas dipaparkan.
Perlu klarifikasi strategi menejemen internal. Dalam hal ini belum jelas perbedaan problem oriented dengan cognitive strategies . demikian juga emotive cognitive. Emosional dan strategi interpersonal belum digambarkan secara jelas. Beberapa overlap yang nyata antara manajemen internal dan eksternal terjadi ketika kata “interpersonal” digunakan untuk menggambarkan bantuan professional.
Teori ini memiliki kesamaan dengan teori lainnya, yakni memandang bahwa focus dari perawatan adalah individu, keluarga (caregiver), kelompok (peer group), hanya kurang memandang masyarakat yang dalam kondisi berduka kronis ini bisa dijadikan sebagai support system (manajemen eksternal), teori ini hanya memandang profesi kesehatan sebangai sumber manajemen eksternal untuk meningkatkan kenyamanan melalui peran empatik , pengajaran, caring dan memberikan asuhan yang professional.
Dalam rentang kehidupan manusia, individu dihadapkan pada situasi kehilangan yang dapat terjadi secara terus menerus ataupun satu kejadian. Pengalaman kehilangan tersebut akan menimbulkan ketidakseimbangan antara yang diharapkan dengan dengan kenyataan . kejadian tersebut dapat  memicu timbulnya kesedihan atau dukacita berkepanjangan / mendalam yang potensial progersif, meresap dalam diri individu, berulang dan permanen. Individu dengan pengalaman kesedihan tersebut biasanya akan menggunakan metode manajemen dalam mengatasinya. Metode manajemen dapat berasal dari internal (koping personal) ataupun dari eksternal (dukungan orang yang berharga maupun tim kesehatan). Jika metode manajemen yang digunakan efektif, maka individu akan meningkat perasaan Kenyamanannya. Tetapi jika tidak efektif akan terjadi hal sebaliknya.
2.      Simplicity (kesederahaan)
Kesederhanaan teori ini terlihat dari ruang lingkupnya yang berorientasi pada fase berduka kronis. Teori berduka kronis (chronic sorrow) memperjelas pemahaman hubungan antara variable dari konsep mayor yang dipaparkan. Melalui model ini, jelas bahwa berduka kronis aalah siklus alami , menyebar dan berpotensi berkembang.
Teori ini juga secara sederhana menjelaskan subkonsep metode manajemen internal versus metode manajemen eksternal. Selain itu teori ini secaa sederhana juga menjelaskan bahwa respon metode manajemen yang dilakukan oleh pasien dan keluarga (primary caregiver) menghasilkan respon manajemen inefektif versus manajemen efektif.
Teori secara sederhana menjelaskan bahwa perawat harus mampu mengidentifikasi dan memfasilitasi metode manajemen internal dan eksternal pasien. Perawat dan kelompok pendukung lainnya lebih banyak berperan pada metode menejemen yang efektif untuk mencegah chronic sorrow menjadi progrsif.
Dengan jumlah variable yang terbatas, teori ini lebih mudah dimengerti . sebagai kelompok middle rang teori ini berguna untuk panduan praktik dan penelitian selanjutnya.
3.      Generality ( Keumuman / generalisasi)
Konsep chronic sorrow dimulai dengan studi pada orang tua dengan anak yang mengalami gangguan fisik atau kognitif . melalui pembuktian secara empiris, teori diperluas untuk memasukan berbagai paengaruh aman dari kehilangan . teori ini menerapkan secara jelas bagaimana rentang kehilangan dan dapat diaplikasikan untuk mempengaruhi individu seperti halnya pemberian perawatan. Sebagai tambahan, teori ini berguna untuk berbagai praktisi pelayanan kesehatan . dengan konsep ini, keunikan yang alami dari pengalaman digambarkan kurang luas seperti halnya pemicu .  pemicu dan manajemennunik pada setiap situasi individu dan bisa diaplikasikan pada situasi yang lebih beragam.
Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara umum kesedihan atau berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.
4.      Empirical Precision (Presisi Empiris)
Karakteristik dari middle range teori, wilayahnya yang terbatas akan lebih mudah bagi peneliti untuk mempelajari fenomena . dengan jumlah variable yang terbatas, peneliti dapat melakukan generalisasi hipotesa berhubungan dengan studi pada intervensi keperawatan yang meingkatkan efektivitas strategi menejemen pada berduka kronis. Hasil dari studi ini dapat menambah kekuatan dasar pada praktik berdasarkan hasil pembuktian (evidence based practice).
Karena teori ini berasal dari pembuktian secara empiris, maka kegunaannya jelas untuk penelitian lebih lanjut . Definisi yang jelas bukan dari berduka kronis membuat hal ini dapat dipelajari pada individu dengan kehilangan yang beragam dan situasi yang umumnya menghasilkan berduka kronis. Melalui penelitian yang lebih lanjut, peneliti dapat memikirkan alat pengkajian untuk perawat klinik.
5.      Derivable Consequence (Konsekuensi yang Didapat)
Berduka atau kesedihan merupakan proses normal yang bisa dialami seseorang Karena adanya factor pencetus. Teori ini sangat penting dalam aplikasi terutama pada kasus-kasus penyakit  kronis dan terminal. Aplikasi teori ini sangat membantu seseorang untuk mengatasi kesedihan atau berduka yang dialami sehingga mencegah chronic sorrow yang berkelanjutan.
Teori ini bermanfaat dalam menganalisis respon individu dengan pengalaman yang berbeda berkaitan dengan penyakit kronis , tanggung jawab pemberi pelayanan, hilangnya kesempurnaan dari anak atau kesedihan (Alligood, 2014).

J.       Contoh aplikasi teori Chronic Sorrow
Kasus : Nn. Z, seorang perempuan usia 14 vtahun mengalami osteosarcoma stadium III terdiagnosis sejak 2 tahun yang lalu. Nn. Z adalah putri tunggal dari Ny. Y, Ny. Y berperan sebagai pemberi asuhan utama (primary cargever) bagi Nn. Z di rumah . Nn. Z adalah anak yang sudah lama dirndukan kehadirannya di dunia ini. Banyak informasi dari pihak atau keluarha atau tetangga yang membuat orang tua semakin takut dan cemas tentang kehidupan dan keselamatan putri tercinta nya. Semenjak sakit anaknya tidak mampu beraktivitas, lebih banyak mengurung diri dalam rumah serta tidak sekolah.
Analisis :
Orang tua dengan anak yang didiagnosa dengan ketidakmampuan/disabilitas/ mengalami penyakit kronis, mulai belajar proses yang disebut dengan kehilangan “loss” anak yang normal dan peran orang tua dan peran serta aktivitas anak yang normal yang mereka harapkan.
Profesiaonal perawatan kesehatan primer membutuhkan pemahaman terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap kehilangan alamiah ini dan dampaknya terhadap kehidupan keluarga dan masa depan orang tua . Saat di diagnose adalah merupakan waktu penuh emosional dan kebingungan yang sering juga adalah kecemasan atau ketakutan yang berlebihan. Orangtua tidak akan pernah siap untuk mendengar berita yang traumatic tentang anak mereka dan pendapat anggota keluarga , teman, para kenalan dan laporan media yang menambah kebingungan mereka.
Menurut teori yang dikembangkan oleh Gergene Gaskill Eakes, Mary Lermann Burke dan Margaret A. Hainsworth.
Chronic sorrow :
Kesedihan mendalam dirasakan ole keluarga Ny. Y Karena Nn. Z adalah putri tunggal yang telah lama mereka harapkan. Tetapi saat ini sang anak mengalami penyakit kronis osteosarcoma (kanker tulang).
Loss :
Kedua orangtua Nn. Z menghadapi “Loss” atau kehilangan anak normal / sempurna . Orangtua mengharapkan (idealnya) anak mereka bisa hidup dan beraktivtas dengan normal seperti anak yang lain, tetapi kenyatan pada usia remaja anak mereka terdiagnosa mengalami osteosarcoma (kanker tulang) sehingga saat ini mempunyai keterbatasan dan gangguan pada tumbuh kembangnya.
Triger events :
Nn. Z sebagai anak tunggal yang mengalami pemyakit kronis oestesarcoma dan kehidupan remajanya tidak sesuai harapan (kondisi ideal). Nn. Z tidak mampu beraktivitas seperti remaja umumnya dan lebih banyak mengurung diri dirumah.
Management method :
Secara internal kedua orang tua dan anak berusaha menggunakan strategi koping untuk mengidentifikasi proses berduka . Secara eksternal didapat dari dukungan keluarga lain atau perawat serta tetangga . Perawat sebaiknya juga dapat membantu mengidentifikasi strategi koping secara personal.

K.    Tabel Kekurangan dan Kelebihan Teori Nola Pender dan Chronic Sorrow

Nola Pender
Chronic Sorrow
Kekurangan
Kerangka konsep telah dibuat dengan menampilkan semua  konsep tetapi keterkaitan antar konsep terbatas

Terdapat hal yang belum jelas dari teori ini adalah penjelasan tentang mengapa tidak semua individu yang mengalami kehilangan juga akan mengalami berduka kronis.
Kelebihan
Definisi konsep menjelaskan kejelasan dan mengrahkan pengertian fenomena perilaku kesehatan yang kompleks, diagram visual diilustrasikan dengan hubungan yang jelas jelas  

Teori ini secara general dapat diaplikasikan pada berbagai kasus asuhan keperawatan pasien yang berisiko mengalami chronic sorrow. Karena secara umum kesedihan atau berduka merupakan fase fisiologis yang bisa dihadapi oleh manusia. Teori dapat diaplikasikan pada semua tahapan usia kehidupan.

Perbedaan
Membahas tentang Health Promotion Model dalam berbagai dimensi Teori Nilai Pengharapan Teori Pembelajaran sosial( Expectancy-Value ) ( Social Cognitive Theory)
Membahas tentang berduka kronis yang tercakup dalam metode pencetusnya , manajemen penyelesaiannya, dan lain-lain.


 
BAB. III
P E N U T U P

SIMPULAN
Teori chronic sorrow merupakan middle range teori Karena dalam teori ini membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang timbul akibat dari penyakit  kronis mencakup proses berduka, kehilangan, factor pencetus dan metode manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut , maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait dengan penyakit kronik.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Blais, kathleen koening dkk. 2006. Praktik keperawatan profesional. Jakarta : Kedokteran ECG
Basford, lynn dkk. 2006. Teori dan praktik keperawatan. Jakarta : Kedokteran ECG
Bermeb, audrey dkk. 2008. Fundamental of nursing. New Jersey : Pearson education
Kasron, Sahran dan Ohorella B Usman. 2016.Teori Keperawatan dan Tokohnya. Jakarta: CV. Trans Info Medika

1 komentar: